Senin, 08 Oktober 2012

TUGAS TAMBAHAN MINGGU 2 (ETIKA PROFESI AKUNTANSI)

NAMA   : YULIANA
NPM     : 21209827
KELAS   : 4EB13


Contoh Kasus Etika di Masyarakat :

Hilangnya Etika Mahasiswa
Ada beberapa kejadian di kampus ITB yang membuat saya mengelus dada. Kejadian tersebut memang tidak saya alami akan tetapi dialami oleh kolega saya, sesama dosen. Kejadian pertama adalah sopan santun mahasiswa dalam menggunakan lift di sebuah departemen. (Tidak saya sebutkan detailnya. Ada di milis dosen ITB yang mungkin kurang baik kalau saya teruskan ke milis ini.) Seorang mahasiswa ditegur oleh dosen. Eh, bukannya malu atau minta maaf malah dia nantaingin. Hah! (Kalau mendengar ceritanya, saya ikut kesal! Maunya saya cari mahasiswa tersebut dan suruh minta maaf kepada dosen ybs.)

Kejadian kedua terjadi di dekat SBM (School of Business and Management). Seorang dosen parkir mobil dan ketika kembali akan menggunakan mobilnya ternyata di belakangnya ada mobil lain yang diparkir menghalangi mobilnya. Mobil tersebut terkunci dan direm. Akhirnya dosen ini (dan seorang lagi) terpaksa menunggu mahasiswa itu kembali. Ketika kembali, mahasiswa tersebut – lagi-lagi – tidak merasa bersalah dan bahkan mengatakan hal tersebut sudah biasa. Mana rasa sensitif terhadap orang lain? Untung dosen yang bersangkutan bisa menahan diri. (Di milis dia menyatakan kekesalannya dan sudah siap untuk berantem dengan mahasiswa tersebut. He believed he can take them – they were two of them! You know, I would do the same if I were him.)

SBM ini memang menimbulkan masalah di ITB, khususnya adalah masalah perbedaan kultur. Untuk masuk ke SBM memang dibutuhkan uang sedikitnya Rp 60 juta. Jadi banyak mahasiswa dan dosen yang melihat bahwa mahasiswa SBM ini borjuis dan kurang bisa berintegrasi dengan lingkungan ITB lainnya. (Untuk diketahui saja, mahasiswa ITB masih banyak yang berasal dari keluarga miskin. Dosennya juga masih banyak yang pas-pasan.) Saya sendiri belum pernah mengalami masalah dengan SBM. Mudah-mudahan tidak pernah. Saya banyak berharap SBM bisa memberikan warna yang positif terhadap ITB (dari sisi bisnis sense), tapi kalau seperti ini kejadiannya. Wah … mungkin sebaiknya SBM dipisahkan dari ITB saja?
Saat ini memang saya belum mendengar tanggapan dari mahasiswa maupun dosen SBM mengenai kasus-kasus yang terkait dengan “kultur” SBM ini. Mudah-mudahan ada jalan keluarnya.

Kembali ke masalah etika mahasiswa, sayang sekali nampaknya etika baik sudah luntur atau hilang. Untuk para mahasiswaku: prove me wrong! Buktikan bahwa saya salah. Buktikan bahwa kalian memang masih bisa menjadi tumpuan harapan kami.


Sumber :

Tanggapan mengenai kasus tersebut :
Menurut saya, etika mahasiswa di masyarakat tidak semuanya luntur atau hilang, mungkin memang ada sedikit atau sebagaian dari mereka yang tidak mempunyai etika dan sopan santun. Melihat kasus di atas, permasalahannya bukan pada SBM, ITB ataupun orang-orang kaya, tetapi permasalahannya adalah pada etika dan sopan santun. Seorang mahasiswa atau orang yang lebih muda memang sudah seharusnya menghormati seorang dosen atau orang yang lebih tua. Etika di masyarakat sering kita lihat pada kehidupan sehari-hari, misalnya mengucapkan terima kasih saat dibantu orang lain, meminta izin bila ingin meminjam barang orang lain, meminta maaf jika melakukan kesalahan dan masih banyak lagi. Dari kasus tersebut, menurut saya hargailah orang lain jika anda ingin dihargai. Apalagi orang yang lebih tua, siapapun orang tersebut dan walaupun kita tidak mengenal orang tersebut. Bahkan walaupun jika ada orang yang lebih tua yang tidak layak dihormati atau berperilaku buruk, tetap bukan berarti kita sebagai orang yang lebih muda harus membalas dengan sikap yang sama. Kita juga bisa mengingatkan mereka yang berbuat salah. Jadi, kita sesama manusia harus saling menghormati tanpa pandang perbedaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar