NPM : 21209827
KELAS : 4EB13
Contoh Kasus Etika di Masyarakat :
Hilangnya
Etika Mahasiswa
Ada beberapa kejadian di kampus ITB yang membuat saya
mengelus dada. Kejadian tersebut memang tidak saya alami akan tetapi dialami
oleh kolega saya, sesama dosen. Kejadian pertama adalah sopan santun mahasiswa
dalam menggunakan lift di sebuah departemen. (Tidak saya sebutkan detailnya.
Ada di milis dosen ITB yang mungkin kurang baik kalau saya teruskan ke milis
ini.) Seorang mahasiswa ditegur oleh dosen. Eh, bukannya malu atau minta maaf
malah dia nantaingin. Hah! (Kalau mendengar ceritanya, saya ikut kesal! Maunya
saya cari mahasiswa tersebut dan suruh minta maaf kepada dosen ybs.)
Kejadian kedua terjadi di dekat
SBM (School of Business and Management). Seorang dosen parkir mobil
dan ketika kembali akan menggunakan mobilnya ternyata di belakangnya ada mobil
lain yang diparkir menghalangi mobilnya. Mobil tersebut terkunci dan direm.
Akhirnya dosen ini (dan seorang lagi) terpaksa menunggu mahasiswa itu kembali.
Ketika kembali, mahasiswa tersebut – lagi-lagi – tidak merasa bersalah dan
bahkan mengatakan hal tersebut sudah biasa. Mana rasa sensitif terhadap orang
lain? Untung dosen yang bersangkutan bisa menahan diri. (Di milis dia
menyatakan kekesalannya dan sudah siap untuk berantem dengan mahasiswa
tersebut. He believed he can take them – they were two of them! You know, I
would do the same if I were him.)
SBM ini memang menimbulkan masalah
di ITB, khususnya adalah masalah perbedaan kultur. Untuk masuk ke SBM memang
dibutuhkan uang sedikitnya Rp 60 juta. Jadi banyak mahasiswa dan dosen yang
melihat bahwa mahasiswa SBM ini borjuis dan kurang bisa berintegrasi dengan
lingkungan ITB lainnya. (Untuk diketahui saja, mahasiswa ITB masih banyak yang berasal
dari keluarga miskin. Dosennya juga masih banyak yang pas-pasan.) Saya sendiri
belum pernah mengalami masalah dengan SBM. Mudah-mudahan tidak pernah. Saya
banyak berharap SBM bisa memberikan warna yang positif terhadap ITB (dari sisi
bisnis sense), tapi kalau seperti ini kejadiannya. Wah … mungkin sebaiknya SBM
dipisahkan dari ITB saja?
Saat ini memang saya belum
mendengar tanggapan dari mahasiswa maupun dosen SBM mengenai kasus-kasus yang
terkait dengan “kultur” SBM ini. Mudah-mudahan ada jalan keluarnya.
Kembali ke masalah etika
mahasiswa, sayang sekali nampaknya etika baik sudah luntur atau hilang. Untuk
para mahasiswaku: prove me wrong! Buktikan bahwa saya salah. Buktikan
bahwa kalian memang masih bisa menjadi tumpuan harapan kami.
Sumber :
Tanggapan mengenai kasus
tersebut :
Menurut saya, etika mahasiswa di masyarakat tidak
semuanya luntur atau hilang, mungkin memang ada sedikit atau sebagaian dari
mereka yang tidak mempunyai etika dan sopan santun. Melihat kasus di atas, permasalahannya
bukan pada SBM, ITB ataupun orang-orang kaya, tetapi permasalahannya adalah
pada etika dan sopan santun. Seorang mahasiswa atau orang yang lebih muda
memang sudah seharusnya menghormati seorang dosen atau orang yang lebih tua. Etika
di masyarakat sering kita lihat pada kehidupan sehari-hari, misalnya mengucapkan
terima kasih saat dibantu orang lain, meminta izin bila ingin meminjam barang
orang lain, meminta maaf jika melakukan kesalahan dan masih banyak lagi. Dari kasus
tersebut, menurut saya hargailah orang lain jika anda ingin dihargai. Apalagi orang
yang lebih tua, siapapun orang tersebut dan walaupun kita tidak mengenal orang
tersebut. Bahkan walaupun jika ada orang yang lebih tua yang tidak layak
dihormati atau berperilaku buruk, tetap bukan berarti kita sebagai orang yang
lebih muda harus membalas dengan sikap yang sama. Kita juga bisa mengingatkan
mereka yang berbuat salah. Jadi, kita sesama manusia harus saling menghormati tanpa
pandang perbedaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar